Penghinaan Suci Terhadap Tuhan

Berangkatlah dan belajarlah
Arah jalan yang ditempuh para pecinta
berlawanan arus dengan arah yang bukan pecinta
Kebohongan Sahabatku
tetap terasa lebih jujur daripada kejujuran
dan kebaikan hati teman-temanku

Bagi Dia
Yang mulanya serasa tak mungkin digapai
menjadi biasa-biasa saja
Mudah saja
Hukuman menjadi hadiah
Tirani menjadi keadilan
Cacian menjadi pujian
Kekasaran sikapnya terasa lembut
Penghinaannya terasa tulus suci
Darah yang menetes dari luka tusukan duri Kekasih
lebih merah dari merahnya kuntum-kuntum mawar dan basil

Saat wujud-Nya pahit, nyatalah lebih manis terasa di lidah
daripada warung penjual manisan dan gula-gula
Saat Dia memalingkan wajah, terasa hangat peluk ciumnya
Saat Dia mengucapkan, “Demi Tuhan, cukup sudah
kedekatan kita di sini.”
Nyata kurasakan ucapannya itu bagai sumber air abadi yang
mengalirkan air kehidupan

Sepatah kata “Tidak” yang meluncur dari bibirnya,
serupa seribu patah “Ya”
Pada lorong yang meniadakan kehadiran diri
Ia berlaku bagai seorang asing
padahal sesungguhnya ia Sahabatmu yang
paling kau sayangi

Pengingkaran pada janji itulah tanda kesetiaan
Batu-batu di genggamannya itulah permata
Tuntutan pengembaliannya itulah tanda pemberian
Kekejamannya itulah kemurahan hati

Engkau boleh menertawakanku dan mengolokku
“Lorong yang kau tempuh penuh kelokan dan simpangan!”
Benar sekali – sebab pada lengkung alis-Nya
Aku memperniagakan cinta dalam jiwaku!

Lorong yang melengkung itu membuatku
benar-benar mabuk
Ayolah, hatiku yang mulia, tamatkan bait
syairmu dalam kesunyian

Wahai Syams, Pangeran dari negeri Tabriz,
Kemanisan apa lagi yang akan kau tuangkan ke dalam hidupku –
Yang sungguh-sungguh perlu kukerjakan ialah membuka
mulut lebar-lebar dan melagukan semua nyanyianmu 

Setiap hari hatiku menjeritkan tangis ratapan
Setiap malam hatiku menjadi batu

Kisah cintaku tertulis rapi di wajahku dengan tinta darah
Kuminta Kekasihku membacanya
Ia memintaku untuk melupakannya seolah
tak pernah ada

Gundukan khayalanmu yang menggunung
tak lebih dari sekedar tumpukan remah-remah roti
Kedatangan dan kepergianmu
tak lebih dari sekedar permintaan maaf basa-basi
Dalam sesaat
kau dengarkan cerita hatiku
Bagimu tak lebih dari cerita karangan hantu

Syair Cinta Jalaludin Rumi

Please Bantu Saya, Like This !!!

×

Please Bantu Saya, Like This !!!

×

Labels

air (4) airmata (3) aku (2) allah (12) anak (5) angin (2) api (1) arti (22) arti bahasa jawa (27) artis (4) asa (9) asmara (22) ayah (3) bahagia (3) bahasa (22) bahasa jawa (24) bangkit (3) batu (3) berjuang (3) binatang (1) budaya (15) budaya jawa (14) bulan (1) bunga (2) canda (4) cerita (7) Chairil Anwar (5) cinta (66) damai (1) derita (1) doa (10) duka (9) dunia (9) elang (1) film (1) gadis (1) galau (22) gila (1) hakiki (3) harapan (5) hari (4) hati (59) hatiku (3) hidup (12) hidup. puisi hati (6) hujan (7) ibu (6) ikhlas (4) ilalang (1) indah (2) indonesia (27) istri (2) jakarta (1) jalaludin rumi (15) jalan (2) jalang (1) janji (5) jawa (28) jiwa (25) kangen (1) kasih (2) kata (44) kata bijak (25) kawin (1) kekasih (4) kenyataan (4) kisah (8) kopi (1) kota (1) kumpulan bahasa (22) langit (1) lara (1) laut (5) lelaki (16) luka (6) maaf (1) madura (1) malam (4) manusia (29) masjid (3) matahari (2) mati (5) melukis (1) mimpi (3) mutiara (6) nafas (1) nama (6) narasi (1) nasehat (10) nasib (1) nasihat (10) neraka (2) orang (5) orang miskin (1) pagi (6) pantai (2) pasir (2) penjara (3) peribahasa (20) peribahasa sunda (13) puisi (47) puisi hati (69) pulang (1) rabiah al adawiyah (15) rahasia (1) rasa (16) rembulan (2) rindu (19) rokok (2) rupiah (1) sahabat (17) sajak (21) sang pencipta (11) sedih (1) sejak (2) sejati (2) sempurna (1) senja (2) senyum (8) seorang (2) sepi (1) siang (1) sketsa (1) suci (1) suka (5) sunda (6) sunyi (1) sunyi. cinta (1) surat (2) surga (3) syair cinta (14) syariful alim (45) tanah (1) tangis (11) tawa (8) terbang (2) tuhan (38) tujuan (1) usaha (7) W.S Rendra (3) wajah (1) waktu (2) wanita (23)